Wednesday 1 October 2014



STUDI BUDAYA LOKAL
PROPOSAL TENTANG GAMELAN SEKATEN DAN BATIK


       NAMA            : Arik Setiawan
       NIM                : L100130115
       KELAS           :  C




ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SURAKARTA
2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Penjelasan budaya dan kebudayaan secara umum, kemudian mengerucut ke pembahasan
1.2   Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang di jelaskan dapat diambil beberapa identifikasi masalah yang sekaligus menjadi batasan masalah.
1. Bagaimanakah asal muasal gamelan sekaten?
2. Bagaimanakah wujud gamelan?
3. Makna Sekaten?
4. Apa sajakah motif batik?
5. Bagaimanakah makna filosofis batik?
1.3    Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data memecahkan setiap masalah yang ditemukakn dalam penelitian ini. Secara khusus, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui asal muasal gamelan sekaten.
2. Mengetahui wujud gamelan.
3. Mengetahui latar belakang batik.
4. Mengetahui jenis motif batik.
5. Mengetahui makna filosofis batik.
 1.4     Manfaat penelitian     
            Dalam penelitian ini penulis mengharapkan penelitian ini memberikan hasil   yang bermanfaat dan berguna yaitu sebagai berikut :
1.    Bagi penulis kiranya bermanfaat untuk mengetahui tentang kebudayaan berupa Sekaten dan Batik yang sangat familiar di Kota Solo.
2. Bagi Program Studi Ilmu Komunikasi, penulisan ini diharapkan sebagai sumber  ilmiah dan kajian dunia akademik, khusunya di lembaga pendidikan seni dan kebudayaan.
3.  Mengenal Kebudayaan di Kota Surakarta dan berupaya untuk melestarikannya.
4.  Bagi pemerintah penelitian ini sebagai bahan masukan dalam rangka kegiatan melestarikan kekayaan budaya.
5. Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat memberi pemahaman terhadap Sekaten dan Batik.
6.  Untuk ilmu penegetahuan, agar dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya ilmu kebudayaan.

1.5 Sistematika Penulisan
















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.      Sekaten

a.     Asal Muasal Gamelan Sekaten

Asal mula gamelan Sakati mungkin lebih tua dari pada zaman Demak, yaitu masa kerajaan Hindu Majapahit atau sebelumnya. Ada beberapa pendapat mengenai asal mula kata “ Sakati “ atau “ Sakaten “ . Ada yang menduga asal kata Sakati atau Sakaten berasal dari kata “ Shadatan “ , karena pada waktu itu, untuk dapat menyaksikan gamelan di halaman Masjid orang-orang terlebih dahulu harus mengucapkan dua kalimah Shadat sebagai tanda masuk Islam. Ada pula yang menduga bahwa kata Sakati berasal dari kata “ Suka Ati “, karena mereka (penduduk) memeluk agama islam secara suka rela. Selain itu ada yang menduga bahwa kata Sakati berasal dari  “ Satu kati “ yaitu ukuran berat setiap Wilahan dan Penclon gamelan . “ Satu kati “ kira-kira beratnya 617,5 gram.

Sekarang ini, gamelan Sakati terdapat di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman di Cirebon, Keraton Pakubuwana Surakarta, dan Hamengku Buwana Yogyakarta. Semua mengaku bahwa gamelan Sekati miliknya berasal dari Keraton Demak. Setelah Kerajaan Demak runtuh, sekitar 1549 – 1568, gamelan Sakati dibawa ke Kerajaan yang meneruskannya yaitu Pajang dan Mataram.

Ketika Kerajaan Mataram kemudian pecah menjadi Kasunanan, Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta pada 1755, tanah, benda pusaka, termasuk gamelan dibagi dua. Gamelan Sekaten Kiai Nagajenggot (Guntursari) menjadi bagian Surakarta sedangkan Kiai Nagawilaga menjadi bagian Yogyakarta. Dalam pemerintahan Raja-raja selanjutnya gamelan-gamelan ini dibuatkan pasangannya sehingga masing-masing kerajaan mempunyai dua perangkat.





b.     Wujud Gamelan Sekaten

Di Kraton Surakarta gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari sengaja dibuat dalam ukuran besar untuk menghasilkan suara yang keras sehingga terdengar dari jarak jauh untuk menarik rakyat sehubungan dengan sarana dakwah agama Islam.
Ricikan gamelan Sekaten di Surakarta adalah:
a. satu rancak bonang terdiri dari ricikan bonang dan penembung ditabuh
oleh tiga orang pengrawit
b. dua rancak saron demung
c. empat rancak saron barung, dua rancak saron penerus
d. satu rancak kempyang, sebuah bedhug, sepasang gong besar pada satu
gayor
Semua gamelan tersebut berlaras pelog dan dibuat dari bahan perunggu. Adapun gending-gending sekatenan yang harus disajikan adalah ladrang Rambu, ladrang Rangkung, ladrang Barang Miring, ladrang Glana.
Gamelan Sekaten dibunyikan sekali dalam setahun yaitu pada upacara memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. pada bulan Mulud (Jawa).
Di keraton Surakarta gamelan ini menyertai prosesi gunungan dimulai dari bangsal Smarakata, melewati Sitinggil, alun-alun utara, sampai di Halaman Masdjid Agung.



c.      Makna Sekaten
Di dalam bahasa Jawa Baru kata sekaten berasal dari kata sekati, artinya setimbang ‘seimbang’.Orang hidup harus dan cermat dalam menimbang atau menilai hal yang baik dan yang buruk.Kata sekaten juga berasal dari sekat, artinya batas.Maksudnya orang hidup harus dapat membatasi diri untuk tidak berbuat tidak baik, tahu batas-batas kebaikan dan kebatilan.
Dalam bahasa Arab kata sekaten dapat berasal dari kata:
a. sakatain, artinya menghentikan atau menghindari perkara dua, yakni sifat lacut dan   menyeleweng.
b. sakhatain, artinya menghilangkan perkara dua, yakni watak hewan dan sifat setan. Karena watak itu sumber kerusakan.
c. sakhotain, maksudnya menanamkan perkara dua, yaitu selalu memelihara budi suci/budi luhur dan selalu menghambakan diri kepada Tuhan.
d. syahadatain, artinya meyakini kebenaran dua perkara, yaitu Syahadat Taukhid  (yakin adanya Allah), dan Syahadat Rosul (yakin dan percaya bahwa Nabi Muhammad Saw utusan Allah).
Itulah sebabnya di keraton Surakarta perayaan Sekaten mempergunakan dua perangkat gamelan Sekaten, yang diberi namaKyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Gamelan yang diletakkan di sebelah selatan Kyai Guntur Madu, sebagai lambang Syahadat Taukhid, sedangkan di sebelah utara gamelan sekaten Kyai Guntur sari, yang melambangkan Syahadat Rasul.
Pada hari pertama yang terlebih dahulu ditabuh adalah Kyai Guntur Madu dengan        Pangeranku.Kemudian menabuh gamelan sekaten Kyai Guntur Sari yang mendengarkan gendhing Rangkung, yang berasal dari bahasa Arab Roukhun, artinya “Jiwa besar atau jiwa agung.”
Upacara atau perayaan sekaten pada mulanya merupakan kumpulan atau tempat berkumpulnya para wali sanga di masjid Demak, setahun sekali bertepatan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw untuk:
1. Saling melaporkan dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa menurut daerahnya masing-masing, yang mayoritas masih beragama Hindu dan Budha.
2. Memberi penerangan atau penjelasan kepada warga masyarakat yang telah masuk agama Islam, tentang keutamaan hidup menurut ajaran Nabi Muhammad Saw.
3. Memperingati hari kelahiran dan wafatnya Nabi Muhammad Saw dan sarana              untuk  menyebarkan syiar ajaran Islam.
2. Batik
A. Pendahuluan
Batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, merupakan hasil perpaduan antara seni dan teknologi para leluhur yang sangat tinggi nilainya.Batik merupakan citra ketinggian budaya kriya bangsa Indonesia yang mencirikan kerumitan dan kerhalusan ragam hias yang tumbuh melalui goresan canting yang dilukiskan. Karena mempunyai seni tinggi, maka batik Indonesia diakui oleh dunia sebagai batik yang betul-betul sempurna keindahannya, baik mengenai desain maupun proses pembuatannya (Ampri Helmy dan Mujiyono, 1992:61.
Seni tradisi yang mempunyai bentuk dan aspek visual yang unik dan menarik bagi siapa saja yang melihat batik akan terpesona oleh keindahan coretan motif-motif yang menghiasi kain yang ditorehkan dan ditata sedemikian rupa. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tingggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia di wilayah Jawa pada khususnya.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada waktu itu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga kraton.Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada.Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Di Solo dan Yogyakarta dikenal sekitar abad 17,18 dan 19. Batik awalnya hanya sebagai hobi keluarga kerajaan.Namun perkembangan selanjutnya, komoditi batik dikembangkan oleh masyarakat luas.
Batik Solo terkenal dengan gaya dan pola-pola tradisional dalam proses pembatikannya dilakukan dengan cap dan tulis. Bahan yang digunakan untuk pewarnaan masih banyak memakai bahan-bahan domestik yaitu Soga Jawa. Pola tetap antara lain dikenal sebagai "Sidomukti" dan "Sidoluhur".

B. Motif-motif Batik

Ada ribuan motif batik yang telah diciptakan oleh para pengrajin dan seniman di Indonesia.Ribuan motif batik tersebut dapat dikelompokkan menjadi 7 kelompok batik Indonesia yaitu:
1.      Motif Batik Parang. Motif batik ini sudah dikenal sejak Mataram Kartasura.Motif batik parang memiliki nilai filofosi yang tinggi berupa petuah agar tidak pernah menyerah sebagaimana ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik Parangpun menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuaHack Via Email Matingkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga. Batik parang dimasa lalu merupakan hadiah dari bangsawan kepada anak-anaknya.Contohnya: Parang Klitik dan Parang Rusak.
2.      Motif Batik Geomteri.Motif Batik Geometris adalah motif–motif batik yang ornamen–ornamennya merupakan susunan geometris. Ciri ragam hias motif batik geometris ini adalah motif tersebut mudah dibagi-bagi menjadi bagian–bagian yang disebut satu “raport”.Contohnya: Gambir Saketi, Limaran, Sriwedari, dan Tirta Reja.
3.      Motif Batik Banji. motif ini memiliki makna keteraturan dalam kehidupan atau kunci perhiasan yang terkunci rapat, contohnya: Banji Bengkok.
4.      Motif Batik Tumbuh-tumbuhan Melanjar. Motif ini memiliki makna bahwa kesinambungan antara manusia dan alam yang indah dan harmonis, contohnya: Cokrak-cakrik, Luwung Klewer, Semen Yogya.
5.      Motif Batik Tumbung-tumbuhan air. motif ini mempunyai bahwa menggambarkan peran tumbuhan air dalam kehidupan manusia, contohnya: Ganggong, Ganggong Sari.
6.      Motif Batik Bunga. Motif bunga dan daun yang berartikan suatu keindahan, kecantikan dan kebahagiaan.motif yang simpel seperti daun–daunan. Motif ini dapat berarti sebagai wahyu Tuhan YME untuk menggapai suatu cita–cita seperti kenaikan pangkat, penghargaan, kehidupan yang baik dan rizki yang berlimpah.Contohnya: Kembang Kenikir, Truntum.
7.      Motif Batik Satwa dalam kehidupannya. Ragam hias fauna merupakan bentuk gambar motif yang diambil dari hewan tertentu. Hewan pada umumnya telah mengalami perubahan bentuk atau gaya. Figur-figur binatang yang ada pada batik memiliki makna yang dalam misalnya figur burung yang menggambarkan suatu kebebasan, figur gajah yang memiliki arti kekuatan yang besar, dan lain sebagainya. Beberapa hewan yang biasa dipakai sebagai objek ragam hias adalah kupu-kupu, burung, kadal, gajah, dan ikan. Ragam hias motif fauna telah mengalami deformasi namun tidak meninggalkan bentuk aslinya. Contohnya: Gringsing, Sido Mukti.

Perpaduan Motif Batik

Motif kain batik yang cenderung klasik sebaliknya dipadu dengan motif polos berwarna.Untuk batik bermotif kecil boleh dipadu dengan bahan bermotif lain seperti polkadot atau garis-garis.paduan berani dua motif berbeda merupakan ciri khas gayaremaja yang berani bereksperimen.
Dalam memadukan motif batik, jangan takut untuk bereksperimen. Namun dengan tetap mengkonsepnya terlebih dahulu, supaya tidak menjadi motif batik yang terlihat berantakan.Tidak ada salahnya bermain dengan tabrakan motif batik, memadukan motif dengan motif, misalnya bajukain panjang wanita bermotif bunga hijau merah jambu dipadukan dengan kaos polkadot hijau merah jambu, karena disini masih ada kesamaan yang sama antara baju kain dan kaos. Contoh lain, motif Parang Rusak Merah dipadukan dengan motif batik Lok Can merah bata.
Sebaiknya motif yang ramai memadu padankan batik dengan motif yang lebih sederhana.Seperti motif batik Tumpal hijau dengan aksen merah jambu dipadukan dengan balero batik Garut warna merah jambu bermotif truntum yang lebih sederhana.
C.     Makna Filosofi Batik

Tak hanya indah bentuk motifnya dan rumit dalam proses pembuatannya. Namun batik juga memiliki makna filosofi yang unik dan menarik untuk diketahui.Motif batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan kalangan tertentu.Motif batik diciptakan tidak berdasarkan pertimbangan nilai estetis saja, tetapi juga berdasarkan harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk banyak simbol.Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya.Tapi karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton, sehingga kesenian membatik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Saat ini, batik telah dikenal banyak orang dan dijadikan produk busana yang dibuat secara massal melalui teknik batik tulis, cap, sablon maupun printing. Apakah batik saat ini dengan beragam motif, warna, serta pengamplikasiannya masih sarat dengan makna filosofi atau hanya sekedar pengembangan saja.Berikut ini kami sajikan beberapa motif batik klasik beserta makna filosofinya.
Motif Parang, motif berbentuk mata parang, melambangan kekuasaan dan kekuatan. Hanya boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria.Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran yang tinggi. Kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan gaib batik tersebut.
Motif parang sendiri mengalami perkembangan dan memunculkan motif-motif lain seperti Parang Rusak Barong, Parang Kusuma, Parang Pamo, Parang Klithik, dan Lereng Sobrah.Karena penciptanya pendiri Keraton Mataram, maka oleh kerajaan.Motif parang menjadi pedoman utama untuk menentukan derajat kebangsawanan seseorang. Motif-motif parang dulunya hanya diperkenankan dipakai oleh raja dan keturunannya dan tidak boleh dipakai oleh rakyat biasa.Sehingga jenis motif ini termasuk kelompok batik larangan.Namun saat ini motif ini bisa kita temui di pasaran dan bisa dikenakan oleh siapapun.
Bila dilihat secara mendalam, garis-garis lengkung pada motif parang sering diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah raja.Komposisi miring pada parang juga melambangkan kekuasaan, kewibawaan, kebesaran, dan gerak cepat sehingga pemakainya diharapkan dapat bergerak cepat.
Sejarah lain menyebutkan jika motif ini diciptakan oleh Panembahan Senopati, pendiri Keraton Mataram. Setelah memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Mataram, Senopati sering bertapa di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa yang dipenuhi oleh jajaran pegunungan seribu yang tampak seperti pereng (tebing) berbaris. Akhirnya, ia menamai tempat bertapanya dengan pereng yang kemudian berubah menjadi parang. Di salah satu tempat tersebut ada bagian yang terdiri dari tebing-tebing atau pereng yang rusak karena deburan ombak laut selatan sehingga lahirlah ilham untuk menciptakan motif batik





BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Jenis penelitian
            Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik penngumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta dan wawancara mendalam. (Sugiono, 2008:319).
3.2 Alat Penelitian
a.    Buku
b.    Bolpoin
c.    Laptop
3.3.  Sumber Data
Informan&Pustaka
3.4 Data
            Informasi tentang sekaten dan batik
3.5 Sampel 
            Data yang diambil dari buku. Menganalisis informasi tentang sekaten.
            Informasi dari informan
            Diberi cara penentuan sampel. > data secara selektif
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
            1 menyimak
            2 Analisis (mengkaji isi sumber data)
            3 Wawancara
4 Informal (penggunaan kata-kata lazim
3.7 Jadwal Kegiatan
No.
Pembuatan
Tanggal
1.
Bab I
1-01-2014
3-02-2014
5-03-2014



2.
Bab II



8-04-2014
10-05-2014
2-06-2014

DAFTAR PUSTAKA
Koentjoroningrat.1984.Kebudayaan Jawa.Jakarta:Balai Pustaka.
Koesraspiah dan Marsono dan Waidihendrosaputro (penyunting).1999/2000 Ensiklopedia Kebudayaan Jawa.Yogyakarta. Indonesia: Yayasan studi Jawa-Lembang studi Jawa.

kunjungi juga blog saya yang lainnya.. Hack Via Email Mati  :)
dan Dampat Sinetron dikalangan anak