STUDI
BUDAYA LOKAL
PROPOSAL TENTANG GAMELAN
SEKATEN DAN BATIK
NAMA :
Arik
Setiawan
NIM :
L100130115
KELAS : C
ILMU
KOMUNIKASI
FAKULTAS
KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS
MUHAMMDIYAH SURAKARTA
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penjelasan
budaya dan kebudayaan secara umum, kemudian mengerucut ke pembahasan
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar
belakang yang di jelaskan dapat diambil beberapa identifikasi masalah yang
sekaligus menjadi batasan masalah.
1. Bagaimanakah asal muasal gamelan sekaten?
2. Bagaimanakah wujud gamelan?
3. Makna Sekaten?
4. Apa sajakah motif batik?
5. Bagaimanakah makna filosofis
batik?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum
penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data memecahkan setiap masalah yang
ditemukakn dalam penelitian ini. Secara khusus, penelitian ini bertujuan
sebagai berikut :
1. Mengetahui asal muasal gamelan sekaten.
2. Mengetahui wujud gamelan.
3. Mengetahui latar belakang batik.
4. Mengetahui jenis motif batik.
5. Mengetahui makna filosofis batik.
1.4 Manfaat
penelitian
Dalam
penelitian ini penulis mengharapkan penelitian ini memberikan
hasil yang bermanfaat dan berguna yaitu sebagai berikut :
1. Bagi penulis
kiranya bermanfaat untuk mengetahui tentang kebudayaan berupa Sekaten dan Batik
yang sangat familiar di Kota Solo.
2. Bagi
Program Studi Ilmu Komunikasi, penulisan ini diharapkan sebagai
sumber ilmiah dan kajian dunia akademik, khusunya di lembaga
pendidikan seni dan kebudayaan.
3. Mengenal Kebudayaan di Kota Surakarta
dan berupaya untuk melestarikannya.
4. Bagi
pemerintah penelitian ini sebagai bahan masukan dalam rangka
kegiatan melestarikan kekayaan budaya.
5. Bagi
masyarakat umum, diharapkan dapat memberi pemahaman terhadap Sekaten dan Batik.
6. Untuk
ilmu penegetahuan, agar dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan
khususnya ilmu kebudayaan.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.
Sekaten
a. Asal Muasal Gamelan Sekaten
Asal mula gamelan Sakati mungkin
lebih tua dari pada zaman Demak, yaitu masa kerajaan Hindu Majapahit atau
sebelumnya. Ada beberapa pendapat mengenai asal mula kata “ Sakati “ atau “
Sakaten “ . Ada yang menduga asal kata Sakati atau Sakaten berasal dari kata “
Shadatan “ , karena pada waktu itu, untuk dapat menyaksikan gamelan di halaman
Masjid orang-orang terlebih dahulu harus mengucapkan dua kalimah Shadat sebagai
tanda masuk Islam. Ada pula yang menduga bahwa kata Sakati berasal dari kata “
Suka Ati “, karena mereka (penduduk) memeluk agama islam secara suka rela.
Selain itu ada yang menduga bahwa kata Sakati berasal dari “ Satu kati “
yaitu ukuran berat setiap Wilahan dan Penclon gamelan . “ Satu kati “ kira-kira
beratnya 617,5 gram.
Sekarang ini, gamelan Sakati terdapat di Keraton Kasepuhan
dan Keraton Kanoman di Cirebon, Keraton Pakubuwana Surakarta, dan Hamengku
Buwana Yogyakarta. Semua mengaku bahwa gamelan Sekati miliknya berasal dari
Keraton Demak. Setelah Kerajaan Demak runtuh, sekitar 1549 – 1568, gamelan
Sakati dibawa ke Kerajaan yang meneruskannya yaitu Pajang dan Mataram.
Ketika Kerajaan Mataram kemudian pecah menjadi Kasunanan,
Surakarta dan Kasultanan
Yogyakarta pada 1755, tanah, benda pusaka, termasuk gamelan dibagi dua. Gamelan
Sekaten Kiai Nagajenggot (Guntursari) menjadi bagian Surakarta sedangkan Kiai
Nagawilaga menjadi bagian Yogyakarta. Dalam pemerintahan Raja-raja selanjutnya
gamelan-gamelan ini dibuatkan pasangannya sehingga masing-masing kerajaan
mempunyai dua perangkat.
b. Wujud Gamelan Sekaten
Di Kraton
Surakarta gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari sengaja dibuat dalam
ukuran besar untuk menghasilkan suara yang keras sehingga terdengar dari jarak
jauh untuk menarik rakyat sehubungan dengan sarana dakwah agama Islam.
Ricikan gamelan Sekaten di Surakarta adalah:
a. satu rancak bonang terdiri dari ricikan bonang dan penembung ditabuh
oleh tiga orang pengrawit
b. dua rancak saron demung
c. empat rancak saron barung, dua rancak saron penerus
d. satu rancak kempyang, sebuah bedhug, sepasang gong besar pada satu
gayor
Semua gamelan tersebut berlaras pelog dan dibuat dari bahan perunggu. Adapun gending-gending sekatenan yang harus disajikan adalah ladrang Rambu, ladrang Rangkung, ladrang Barang Miring, ladrang Glana.
Gamelan Sekaten dibunyikan sekali dalam setahun yaitu pada upacara memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. pada bulan Mulud (Jawa).
Di keraton Surakarta gamelan ini menyertai prosesi gunungan dimulai dari bangsal Smarakata, melewati Sitinggil, alun-alun utara, sampai di Halaman Masdjid Agung.
Ricikan gamelan Sekaten di Surakarta adalah:
a. satu rancak bonang terdiri dari ricikan bonang dan penembung ditabuh
oleh tiga orang pengrawit
b. dua rancak saron demung
c. empat rancak saron barung, dua rancak saron penerus
d. satu rancak kempyang, sebuah bedhug, sepasang gong besar pada satu
gayor
Semua gamelan tersebut berlaras pelog dan dibuat dari bahan perunggu. Adapun gending-gending sekatenan yang harus disajikan adalah ladrang Rambu, ladrang Rangkung, ladrang Barang Miring, ladrang Glana.
Gamelan Sekaten dibunyikan sekali dalam setahun yaitu pada upacara memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. pada bulan Mulud (Jawa).
Di keraton Surakarta gamelan ini menyertai prosesi gunungan dimulai dari bangsal Smarakata, melewati Sitinggil, alun-alun utara, sampai di Halaman Masdjid Agung.
c. Makna Sekaten
Di dalam bahasa Jawa Baru kata sekaten
berasal dari kata sekati, artinya setimbang ‘seimbang’.Orang
hidup harus dan cermat dalam menimbang atau menilai hal yang baik dan yang
buruk.Kata sekaten juga berasal dari sekat, artinya
batas.Maksudnya orang hidup harus dapat membatasi diri untuk tidak berbuat
tidak baik, tahu batas-batas kebaikan dan kebatilan.
Dalam bahasa Arab kata sekaten
dapat berasal dari kata:
a.
sakatain, artinya menghentikan atau menghindari perkara dua, yakni sifat
lacut dan menyeleweng.
b. sakhatain, artinya
menghilangkan perkara dua, yakni watak hewan dan sifat setan. Karena watak itu
sumber kerusakan.
c. sakhotain, maksudnya
menanamkan perkara dua, yaitu selalu memelihara budi suci/budi luhur dan selalu
menghambakan diri kepada Tuhan.
d. syahadatain, artinya
meyakini kebenaran dua perkara, yaitu Syahadat Taukhid (yakin
adanya Allah), dan Syahadat Rosul (yakin dan percaya bahwa Nabi Muhammad
Saw utusan Allah).
Itulah sebabnya di keraton
Surakarta perayaan Sekaten mempergunakan dua perangkat gamelan Sekaten,
yang diberi namaKyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Gamelan yang
diletakkan di sebelah selatan Kyai Guntur Madu, sebagai lambang Syahadat
Taukhid, sedangkan di sebelah utara gamelan sekaten Kyai Guntur sari, yang
melambangkan Syahadat Rasul.
Pada hari pertama yang terlebih
dahulu ditabuh adalah Kyai Guntur Madu dengan Pangeranku.Kemudian menabuh gamelan
sekaten Kyai Guntur Sari yang mendengarkan gendhing Rangkung, yang
berasal dari bahasa Arab Roukhun, artinya “Jiwa besar atau jiwa agung.”
Upacara atau perayaan sekaten
pada mulanya merupakan kumpulan atau tempat berkumpulnya para wali sanga di
masjid Demak, setahun sekali bertepatan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw untuk:
1. Saling melaporkan dalam
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa menurut daerahnya masing-masing, yang
mayoritas masih beragama Hindu dan Budha.
2. Memberi penerangan atau
penjelasan kepada warga masyarakat yang telah masuk agama Islam, tentang
keutamaan hidup menurut ajaran Nabi Muhammad Saw.
3. Memperingati hari kelahiran
dan wafatnya Nabi Muhammad Saw dan sarana untuk menyebarkan syiar ajaran Islam.
2. Batik
A. Pendahuluan
Batik adalah hasil karya bangsa
Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, merupakan hasil perpaduan antara
seni dan teknologi para leluhur yang sangat tinggi nilainya.Batik merupakan
citra ketinggian budaya kriya bangsa Indonesia yang mencirikan kerumitan dan
kerhalusan ragam hias yang tumbuh melalui goresan canting yang dilukiskan.
Karena mempunyai seni tinggi, maka batik Indonesia diakui oleh dunia sebagai
batik yang betul-betul sempurna keindahannya, baik mengenai desain maupun
proses pembuatannya (Ampri Helmy dan Mujiyono, 1992:61.
Seni tradisi yang mempunyai bentuk dan aspek visual yang unik dan menarik bagi siapa saja yang melihat batik akan terpesona oleh keindahan coretan motif-motif yang menghiasi kain yang ditorehkan dan ditata sedemikian rupa. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tingggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia di wilayah Jawa pada khususnya.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada waktu itu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga kraton.Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada.Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Di Solo dan Yogyakarta dikenal sekitar abad 17,18 dan 19. Batik awalnya hanya sebagai hobi keluarga kerajaan.Namun perkembangan selanjutnya, komoditi batik dikembangkan oleh masyarakat luas.
Batik Solo terkenal dengan gaya dan pola-pola tradisional dalam proses pembatikannya dilakukan dengan cap dan tulis. Bahan yang digunakan untuk pewarnaan masih banyak memakai bahan-bahan domestik yaitu Soga Jawa. Pola tetap antara lain dikenal sebagai "Sidomukti" dan "Sidoluhur".
Seni tradisi yang mempunyai bentuk dan aspek visual yang unik dan menarik bagi siapa saja yang melihat batik akan terpesona oleh keindahan coretan motif-motif yang menghiasi kain yang ditorehkan dan ditata sedemikian rupa. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tingggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia di wilayah Jawa pada khususnya.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada waktu itu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga kraton.Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada.Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Di Solo dan Yogyakarta dikenal sekitar abad 17,18 dan 19. Batik awalnya hanya sebagai hobi keluarga kerajaan.Namun perkembangan selanjutnya, komoditi batik dikembangkan oleh masyarakat luas.
Batik Solo terkenal dengan gaya dan pola-pola tradisional dalam proses pembatikannya dilakukan dengan cap dan tulis. Bahan yang digunakan untuk pewarnaan masih banyak memakai bahan-bahan domestik yaitu Soga Jawa. Pola tetap antara lain dikenal sebagai "Sidomukti" dan "Sidoluhur".
B. Motif-motif Batik
Ada ribuan
motif batik yang telah diciptakan oleh para pengrajin dan seniman di
Indonesia.Ribuan motif batik tersebut dapat dikelompokkan menjadi 7 kelompok
batik Indonesia yaitu:
1.
Motif Batik Parang. Motif
batik ini sudah dikenal sejak Mataram Kartasura.Motif batik parang memiliki
nilai filofosi yang tinggi berupa petuah agar tidak pernah menyerah sebagaimana
ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik Parangpun menggambarkan
jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri,
upaya memperjuaHack Via Email Matingkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga. Batik
parang dimasa lalu merupakan hadiah dari bangsawan kepada
anak-anaknya.Contohnya: Parang Klitik dan Parang Rusak.
2.
Motif Batik Geomteri.Motif
Batik Geometris adalah motif–motif batik yang ornamen–ornamennya merupakan
susunan geometris. Ciri ragam hias motif batik geometris ini adalah motif
tersebut mudah dibagi-bagi menjadi bagian–bagian yang disebut satu
“raport”.Contohnya: Gambir Saketi, Limaran, Sriwedari, dan Tirta Reja.
3.
Motif Batik Banji. motif
ini memiliki makna keteraturan dalam kehidupan atau kunci perhiasan yang
terkunci rapat, contohnya: Banji Bengkok.
4.
Motif Batik
Tumbuh-tumbuhan Melanjar. Motif ini memiliki makna bahwa
kesinambungan antara manusia dan alam yang indah dan harmonis, contohnya:
Cokrak-cakrik, Luwung Klewer, Semen Yogya.
5.
Motif Batik
Tumbung-tumbuhan air. motif ini mempunyai bahwa
menggambarkan peran tumbuhan air dalam kehidupan manusia, contohnya: Ganggong,
Ganggong Sari.
6.
Motif Batik Bunga. Motif
bunga dan daun yang berartikan suatu keindahan,
kecantikan dan kebahagiaan.motif yang simpel seperti daun–daunan. Motif ini
dapat berarti sebagai wahyu Tuhan YME untuk menggapai suatu cita–cita seperti
kenaikan pangkat, penghargaan, kehidupan yang baik dan rizki yang
berlimpah.Contohnya: Kembang Kenikir, Truntum.
7.
Motif Batik Satwa
dalam kehidupannya. Ragam hias fauna merupakan bentuk
gambar motif yang diambil dari hewan tertentu. Hewan pada umumnya telah
mengalami perubahan bentuk atau gaya. Figur-figur binatang yang ada pada batik
memiliki makna yang dalam misalnya figur burung yang menggambarkan suatu
kebebasan, figur gajah yang memiliki arti kekuatan yang besar, dan lain
sebagainya. Beberapa hewan yang biasa dipakai sebagai objek ragam hias adalah
kupu-kupu, burung, kadal, gajah, dan ikan. Ragam hias motif fauna telah
mengalami deformasi namun tidak meninggalkan bentuk aslinya. Contohnya:
Gringsing, Sido Mukti.
Perpaduan Motif Batik
Motif kain batik yang cenderung klasik sebaliknya
dipadu dengan motif polos berwarna.Untuk batik bermotif kecil boleh dipadu
dengan bahan bermotif lain seperti polkadot atau garis-garis.paduan berani dua
motif berbeda merupakan ciri khas gayaremaja yang berani
bereksperimen.
Dalam memadukan motif batik, jangan takut untuk
bereksperimen. Namun dengan tetap mengkonsepnya terlebih dahulu, supaya tidak
menjadi motif batik yang terlihat berantakan.Tidak ada salahnya bermain dengan
tabrakan motif batik, memadukan motif dengan motif, misalnya bajukain panjang wanita bermotif bunga hijau merah
jambu dipadukan dengan kaos
polkadot hijau merah jambu, karena disini masih ada kesamaan yang sama antara
baju kain dan kaos. Contoh lain, motif Parang Rusak Merah dipadukan dengan
motif batik Lok Can merah bata.
Sebaiknya motif yang ramai memadu padankan batik
dengan motif yang lebih sederhana.Seperti motif batik Tumpal hijau dengan aksen
merah jambu dipadukan dengan balero batik Garut warna merah
jambu bermotif truntum yang lebih sederhana.
C. Makna
Filosofi Batik
Tak hanya indah bentuk motifnya dan rumit dalam
proses pembuatannya. Namun batik juga memiliki makna filosofi yang unik dan
menarik untuk diketahui.Motif batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib
dan hanya boleh dikenakan kalangan tertentu.Motif batik diciptakan tidak
berdasarkan pertimbangan nilai estetis saja, tetapi juga berdasarkan
harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk banyak simbol.Awalnya batik
dikerjakan hanya terbatas dalam kraton dan hasilnya untuk pakaian raja dan
keluarga serta para pengikutnya.Tapi karena banyak dari pengikut raja yang
tinggal di luar kraton, sehingga kesenian membatik ini dibawa oleh mereka
keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Saat ini, batik telah dikenal banyak orang dan
dijadikan produk busana yang dibuat secara massal melalui teknik batik tulis,
cap, sablon maupun printing. Apakah batik saat ini dengan beragam motif, warna,
serta pengamplikasiannya masih sarat dengan makna filosofi atau hanya sekedar
pengembangan saja.Berikut ini kami sajikan beberapa motif batik klasik beserta
makna filosofinya.
Motif
Parang, motif berbentuk mata parang, melambangan kekuasaan dan
kekuatan. Hanya boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria.Batik jenis ini harus
dibuat dengan ketenangan dan kesabaran yang tinggi. Kesalahan dalam proses
pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan gaib batik tersebut.
Motif parang sendiri mengalami perkembangan dan
memunculkan motif-motif lain seperti Parang Rusak Barong, Parang Kusuma, Parang
Pamo, Parang Klithik, dan Lereng Sobrah.Karena penciptanya pendiri Keraton
Mataram, maka oleh kerajaan.Motif parang menjadi pedoman utama untuk menentukan
derajat kebangsawanan seseorang. Motif-motif parang dulunya hanya
diperkenankan dipakai oleh raja dan keturunannya dan tidak boleh dipakai oleh
rakyat biasa.Sehingga jenis motif ini termasuk kelompok batik larangan.Namun
saat ini motif ini bisa kita temui di pasaran dan bisa dikenakan oleh siapapun.
Bila dilihat secara mendalam, garis-garis lengkung
pada motif parang sering diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat
tenaga alam, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah raja.Komposisi miring pada
parang juga melambangkan kekuasaan, kewibawaan, kebesaran, dan gerak cepat
sehingga pemakainya diharapkan dapat bergerak cepat.
Sejarah lain
menyebutkan jika motif ini diciptakan oleh Panembahan Senopati, pendiri Keraton
Mataram. Setelah memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Mataram, Senopati
sering bertapa di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa yang dipenuhi oleh
jajaran pegunungan seribu yang tampak seperti pereng (tebing) berbaris.
Akhirnya, ia menamai tempat bertapanya dengan pereng yang kemudian berubah
menjadi parang. Di salah satu tempat tersebut ada bagian yang terdiri dari
tebing-tebing atau pereng yang rusak karena deburan ombak laut selatan sehingga
lahirlah ilham untuk menciptakan motif batik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis
penelitian
Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data dilakukan pada kondisi
yang alamiah, sumber data primer, dan teknik penngumpulan data lebih banyak
pada observasi berperan serta dan wawancara mendalam. (Sugiono, 2008:319).
3.2 Alat Penelitian
a.
Buku
b.
Bolpoin
c.
Laptop
3.3. Sumber Data
Informan&Pustaka
3.4 Data
Informasi tentang sekaten dan batik
3.5 Sampel
Data
yang diambil dari buku. Menganalisis informasi tentang sekaten.
Informasi dari informan
Diberi cara penentuan
sampel. > data secara selektif
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1
menyimak
2
Analisis (mengkaji isi sumber data)
3
Wawancara
4 Informal (penggunaan kata-kata
lazim
3.7 Jadwal Kegiatan
No.
|
Pembuatan
|
Tanggal
|
|||||
1.
|
Bab I
|
1-01-2014
|
3-02-2014
|
5-03-2014
|
|||
2.
|
Bab II
|
8-04-2014
|
10-05-2014
|
2-06-2014
|
DAFTAR
PUSTAKA
Koentjoroningrat.1984.Kebudayaan Jawa.Jakarta:Balai Pustaka.
Koesraspiah dan Marsono
dan Waidihendrosaputro (penyunting).1999/2000 Ensiklopedia Kebudayaan Jawa.Yogyakarta. Indonesia: Yayasan studi
Jawa-Lembang studi Jawa.
kunjungi juga blog saya yang lainnya.. Hack Via Email Mati :)
dan Dampat Sinetron dikalangan anak
dan Dampat Sinetron dikalangan anak